indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Saturday, 7 June 2014

Taktik sepakbola yang lebih dihormati daripada visi misi calon pemimpin


Saya pernah bermain football manager, tepatnya FM 2012 (Pengennya sih FM 2013/2014 tapi laptop saya sangat ringkih). Disitu saya dapat ilmu mengenai taktik, pendekatan pemain dan segala macam detil tentang sepakbola yang tak tersentuh jika kita hanya menonton sepakbola di televisi. Walaupun bisa dibilang amatir dan tidak jago-jago amat dalam melatih sebuah tim, tapi saya cukup berbangga karena bisa mengantar Manchester United meraih Quadruple (BPL,Champions League,Capital One, FA) di musim pertama saya, dengan catatan saya sebelumnya pernah bermain 2 kali career mode dan dipecat karena saya nil gelar. 

Didalam FM ada opsi pemilihan kekakuan taktik, pilihan pertama yaitu Rigid (sangat kaku) dimana para pemain harus benar benar melakukan apa yang diinstruksikan oleh saya sebelum pertandingan dan pilihan kedua yaitu Fluid (sangat cair) dimana para pemain bebas melakukan apa saja terserah kreativitas mereka, yang jelas kedua pemilihan tingkat kekakuan taktik ini ditujukan untuk memenangkan pertandingan. Biasanya saya memakai sistem rigid ketika tim saya menang dan saya tidak mau kebobolan di akhir-akhir laga dan saya memakai sistem fluid ketika saya dalam keadaan tertinggal namun pertandingan sudah akan berakhir. Pilih yang mana, itu bebas.

Tapi umumnya yang saya lihat di lapangan, taktik hanyalah taktik. Ketika mereka dalam keadaan tertinggal misalnya, pasti tak ada lagi formasi yang tetap semua sudah kacau balau. Bisa dilihat saat barcelona vs chelsea tahun 2012 leg 2 atau mungkin saat bayern munich vs manchester united 2013 leg 2, bisa dilihat bagaimana tidak jelasnya taktik barcelona dan manunited yang sudah kehabisan akal untuk mengejar ketertinggalan, banyak contoh-contoh lainnya yang lebih mengenaskan. Mengalirnya taktik ini sama halnya dengan yang sekarang sedang hangat diperdebatkan: Visi-Misi

Visi misi, sering dijadikan tolak ukur untuk menentukan sebuah kelayakan sebuah calon pemimpin, tak hanya presiden tapi juga kepala sekolah misalnya atau mungkin dalam pemilihan ketua RT, pemimpin kelompok dll. Buat saya visi misi hanyalah sebuah alat jualan untuk mempromosikan calon yang nanti akan dipilih, tak lebih. Karena biasanya ada seribu macam alasan untuk tidak menjalankan visi misi saat era pemimpin tersebut sudah berjalan.

Menentukan visi misi pun tidak sulit, saya yakin akan itu. Hanya dibutuhkan beberapa orang tim perumus yang mempunyai selera sastra  tinggi yang dimana nantinya bisa membuat visi misi yang begitu sastrawi sampai sampai orang tersentuh melihatnya. Membuat visi misi bisa dibilang merupakan pekerjaan untuk menyentuh hati si pembaca tapi bukan untuk dilaksanakan. Dan seringkali visi misi terlalu hiperbola, realistis atau tidak yang penting bisa menyentuh hati para pembaca dululah, sisanya belakangan.

Adu visi misi adalah sebuah hal yang mubazir, buat saya. Toh, ujung-ujungnya visi misi akan mengalir dalam situasi yang bisa dimaklumi walau mereka semua sudah mafhum. Menentukan sebuah pemimpin tak sesederhana dengan membandingkan visi-misinya saja, karena ada yang lebih penting dari itu: Rekam Jejak. Dari rekam jejak, bisa dilihat keberpihakannya kemana, pemikirannya seperti apa, konsistensinya bagaimana, apa yang dia perjuangkan dari dulu, pribadinya seperti apa, ideologinya apa, identitasnya bagaimana, siapa sajakah golongan yang mendukungnya, cocok atau tidakkah dengan kepentingan kita. Untuk masalah ideologi bisa dilihat dari cara dia berbicara, bersikap, berpikir  dan dengan siapa dia berkoloni. Yang jelas informasi yang didapatkan harus disaring sejernih-jernihnya, jangan ketika menemukan satu literatur yang mengagungkan salah satu calon maka itu terus yang dibaca dan dibanggakan.

Satu hal yang bisa diambil manfaatnya ketika kita mempelajari rekam jejak dan ideologinya adalah kita tahu apakah calon ini cocok dengan keadaan sekarang. Tapi kalau tetap ngotot untuk berkiblat kepada visi misi,carilah visi misi yang paling realistis. Terlalu indah, mengada ngada dan utopis adalah visi misi yang sangat buruk buat saya, karena mengindahkan semua kemungkinan yang ada di lapangan. Cari yang apa adanya sajalah.

Saya sempat berandai-andai kalau para calon pemimpin dan rakyat  ini sama disiplinnya dengan pemain di football manager, saya yakin perancang visi misi adalah pekerjaan yang paling mahal dan mulia di negeri ini. Andai.




sumber gambar:thefalse9.com


Tuesday, 3 June 2014

Analisis Logis "Turunin Gue Aja"



"Turunin Gue Aja" itu mirip sama "Wingardium Leviorsa"-nya harry potter. Kenapa? karena itu sama sama mantra jagoan masing masing pengucap, harry potter bilang wingardium leviorsa udah beribu-ribu kali kalau dia pengen ngangkat ngangkat benda (emang mageran nih doi). Lain halnya dengan "Turunin Gue Aja"-nya para wanita, mantra ini dipakai untuk membuat derajat lelaki jatuh dan mengangkat derajat wanita setinggi-tingginya karena biasanya mantra ini punya efek dahsyat yang membuat para pria memohon-mohon dan meminta maaf kepada sang wanita, padahal si pria tidak salah. Lihat kan persamaannya? Sama sama buat ngangkat.

Mari kita analisis secara logis fenomena "Turunin Gue Aja"-nya para wanita ini. Tujuan analsis ini sebenernya sederhana saja, penulis ingin tahu bagaimana proses efek dari mantra itu terjadi dan syukur syukur bisa memberi solusi pada akhir tulisan ini, tapi biasanya marahnya wanita susah disolusikan.

Analisis

1. Apa yang melatarbelakangi mantra "Turunin Gue Aja" terucap?

Jelas mantra itu terucap ketika pasangan lagi naek kendaraan pribadi (mobil,motor,sepeda,kuda atau apapun yang bisa boncengan). Jadi untuk mencegah mantra ini terucap mendingan engga usah boncengan atau engga usah bawa kendaraan. Atau alternatifnya kalau emang tetep gamau jalan kaki, disarankan untuk naik angkot/bus/kopaja/kereta/kendaraan umum lainnya.

Soalnya gamungkin si cewe, bilang "Turunin Gue Aja" ke sopir angkot.

"Turunin Gue Aja" juga dilatarbelakangi oleh adanya perselisihan antara si cowo dan si cewe. Biasanya sih, si cowo gak terlalu paham kenapa si cewe marah karena alasannya sulit untuk dipahami oleh logika. Misalnya: Ketika si cewe datang bulan=cewe marah, Ketika mobil kejebak macet=cewe marah, Ketika naek motor taunya hujan=cewe marah, Ketika si cowo lagi marah=cewe marah, Ketika si cowo lagi sedih=cewe marah, Ketika cowo seneng=cewe marah (curiga senengnya karena ada selingkuhan) dll.

Jadi supaya mantra itu ga terucap, mendingan jangan bikin cewe marah.


2. Kenapa mantra ini begitu kuat?

Bukan rahasia lagi kalau wanita mengandalkan perasaan dan pria mengandalkan logikanya, banyak riset dan artikel yang meneliti tentang itu (ini salah satunya Artikel 1.) Lalu apakah salah jika wanita mengandalkan perasaan dan pria mengandalkan logika? Tidak sama sekali, dua-duanya saling melengkapi makanya kita semua diciptakan untuk berpasang-pasangan di muka bumi. 

Tapi dalam mantra ini, si wanita yang mengandalkan perasaan dalam perilakunya mencoba menguji perasaan dari pasangan semacam "Dia tega gak sih nurunin gue dijalan?" "Gue pengen banget dia mohon-mohon gue ga turun" "Kalau dia sayang dia gak akan nurunin gue dijalan kok" dll. Jadi intinya tujuan si wanita itu bukan dia pengen bener-bener turun dijalan, tapi yang dia pengen itu si cowok mohon mohon agar dia gak turun dijalan, karena dengan cowo mohon-mohon maka itu artinya si cowo sayang dengan si cewek. hhhh.

Sedangkan si cowok mikirnya lain karena cowok cenderung memakai logika dalam berperilaku. Cowok berpikir kalau ada orang minta A ya dikasih A, kalau ada orang minta apel ya dikasih apel, kalau ada orang minta makan ya dikasih makan dst. Jadi kalau ada cewek minta turun ya si cowok pasti mikir dikasih turun lah. Kalau si cewe pengen tau seberapa sayang si cowo, disarankan untuk bilang aja langsung gausah bertele-tele dengan cara minta turun. Kalau si cewe pengen si cowo minta maaf, ya bilang aja si cowo untuk minta maaf dengan alasan yang sesuai dengan logika tapi.

Kontradiksi antara perasaan dan logika lah yang membuat mantra ini begitu kuat membuat tingkat jomblo di Indonesia meningkat setiap tahunnya.


3. Solusi?

Sederhana. Mengalahlah, baik cewe dan cowo. Cewe coba mengendurkan perasaannya dan coba jangan terlalu berbelit-belit dalam menyampaikan maksudna. Cowo coba untuk berperasaan lebih dan mencoba mengerti si cewe, walau kadang-kadang perilaku cewe suka sulit dimengerti logika. Itulah kenapa kita spesial dari makhluk lainnya, kita punya hati dan logika kalau bisa diseimbangakan sempurna jadinya. 


Semoga tulisan ini bisa mengurangi jumlah kemacetan yang ada di Indonesia. Karena banyak sekali pasangan yang bertengkar di tengah jalan jadi sumber kemacetan yang baru.