Saya pernah bermain football manager, tepatnya FM 2012 (Pengennya sih FM 2013/2014 tapi laptop saya sangat ringkih). Disitu saya dapat ilmu mengenai taktik, pendekatan pemain dan segala macam detil tentang sepakbola yang tak tersentuh jika kita hanya menonton sepakbola di televisi. Walaupun bisa dibilang amatir dan tidak jago-jago amat dalam melatih sebuah tim, tapi saya cukup berbangga karena bisa mengantar Manchester United meraih Quadruple (BPL,Champions League,Capital One, FA) di musim pertama saya, dengan catatan saya sebelumnya pernah bermain 2 kali career mode dan dipecat karena saya nil gelar.
Didalam FM ada opsi pemilihan kekakuan taktik, pilihan pertama yaitu Rigid (sangat kaku) dimana para pemain harus benar benar melakukan apa yang diinstruksikan oleh saya sebelum pertandingan dan pilihan kedua yaitu Fluid (sangat cair) dimana para pemain bebas melakukan apa saja terserah kreativitas mereka, yang jelas kedua pemilihan tingkat kekakuan taktik ini ditujukan untuk memenangkan pertandingan. Biasanya saya memakai sistem rigid ketika tim saya menang dan saya tidak mau kebobolan di akhir-akhir laga dan saya memakai sistem fluid ketika saya dalam keadaan tertinggal namun pertandingan sudah akan berakhir. Pilih yang mana, itu bebas.
Tapi umumnya yang saya lihat di lapangan, taktik hanyalah taktik. Ketika mereka dalam keadaan tertinggal misalnya, pasti tak ada lagi formasi yang tetap semua sudah kacau balau. Bisa dilihat saat barcelona vs chelsea tahun 2012 leg 2 atau mungkin saat bayern munich vs manchester united 2013 leg 2, bisa dilihat bagaimana tidak jelasnya taktik barcelona dan manunited yang sudah kehabisan akal untuk mengejar ketertinggalan, banyak contoh-contoh lainnya yang lebih mengenaskan. Mengalirnya taktik ini sama halnya dengan yang sekarang sedang hangat diperdebatkan: Visi-Misi
Visi misi, sering dijadikan tolak ukur untuk menentukan sebuah kelayakan sebuah calon pemimpin, tak hanya presiden tapi juga kepala sekolah misalnya atau mungkin dalam pemilihan ketua RT, pemimpin kelompok dll. Buat saya visi misi hanyalah sebuah alat jualan untuk mempromosikan calon yang nanti akan dipilih, tak lebih. Karena biasanya ada seribu macam alasan untuk tidak menjalankan visi misi saat era pemimpin tersebut sudah berjalan.
Menentukan visi misi pun tidak sulit, saya yakin akan itu. Hanya dibutuhkan beberapa orang tim perumus yang mempunyai selera sastra tinggi yang dimana nantinya bisa membuat visi misi yang begitu sastrawi sampai sampai orang tersentuh melihatnya. Membuat visi misi bisa dibilang merupakan pekerjaan untuk menyentuh hati si pembaca tapi bukan untuk dilaksanakan. Dan seringkali visi misi terlalu hiperbola, realistis atau tidak yang penting bisa menyentuh hati para pembaca dululah, sisanya belakangan.
Adu visi misi adalah sebuah hal yang mubazir, buat saya. Toh, ujung-ujungnya visi misi akan mengalir dalam situasi yang bisa dimaklumi walau mereka semua sudah mafhum. Menentukan sebuah pemimpin tak sesederhana dengan membandingkan visi-misinya saja, karena ada yang lebih penting dari itu: Rekam Jejak. Dari rekam jejak, bisa dilihat keberpihakannya kemana, pemikirannya seperti apa, konsistensinya bagaimana, apa yang dia perjuangkan dari dulu, pribadinya seperti apa, ideologinya apa, identitasnya bagaimana, siapa sajakah golongan yang mendukungnya, cocok atau tidakkah dengan kepentingan kita. Untuk masalah ideologi bisa dilihat dari cara dia berbicara, bersikap, berpikir dan dengan siapa dia berkoloni. Yang jelas informasi yang didapatkan harus disaring sejernih-jernihnya, jangan ketika menemukan satu literatur yang mengagungkan salah satu calon maka itu terus yang dibaca dan dibanggakan.
Satu hal yang bisa diambil manfaatnya ketika kita mempelajari rekam jejak dan ideologinya adalah kita tahu apakah calon ini cocok dengan keadaan sekarang. Tapi kalau tetap ngotot untuk berkiblat kepada visi misi,carilah visi misi yang paling realistis. Terlalu indah, mengada ngada dan utopis adalah visi misi yang sangat buruk buat saya, karena mengindahkan semua kemungkinan yang ada di lapangan. Cari yang apa adanya sajalah.
Saya sempat berandai-andai kalau para calon pemimpin dan rakyat ini sama disiplinnya dengan pemain di football manager, saya yakin perancang visi misi adalah pekerjaan yang paling mahal dan mulia di negeri ini. Andai.
sumber gambar:thefalse9.com
Tapi umumnya yang saya lihat di lapangan, taktik hanyalah taktik. Ketika mereka dalam keadaan tertinggal misalnya, pasti tak ada lagi formasi yang tetap semua sudah kacau balau. Bisa dilihat saat barcelona vs chelsea tahun 2012 leg 2 atau mungkin saat bayern munich vs manchester united 2013 leg 2, bisa dilihat bagaimana tidak jelasnya taktik barcelona dan manunited yang sudah kehabisan akal untuk mengejar ketertinggalan, banyak contoh-contoh lainnya yang lebih mengenaskan. Mengalirnya taktik ini sama halnya dengan yang sekarang sedang hangat diperdebatkan: Visi-Misi
Visi misi, sering dijadikan tolak ukur untuk menentukan sebuah kelayakan sebuah calon pemimpin, tak hanya presiden tapi juga kepala sekolah misalnya atau mungkin dalam pemilihan ketua RT, pemimpin kelompok dll. Buat saya visi misi hanyalah sebuah alat jualan untuk mempromosikan calon yang nanti akan dipilih, tak lebih. Karena biasanya ada seribu macam alasan untuk tidak menjalankan visi misi saat era pemimpin tersebut sudah berjalan.
Menentukan visi misi pun tidak sulit, saya yakin akan itu. Hanya dibutuhkan beberapa orang tim perumus yang mempunyai selera sastra tinggi yang dimana nantinya bisa membuat visi misi yang begitu sastrawi sampai sampai orang tersentuh melihatnya. Membuat visi misi bisa dibilang merupakan pekerjaan untuk menyentuh hati si pembaca tapi bukan untuk dilaksanakan. Dan seringkali visi misi terlalu hiperbola, realistis atau tidak yang penting bisa menyentuh hati para pembaca dululah, sisanya belakangan.
Adu visi misi adalah sebuah hal yang mubazir, buat saya. Toh, ujung-ujungnya visi misi akan mengalir dalam situasi yang bisa dimaklumi walau mereka semua sudah mafhum. Menentukan sebuah pemimpin tak sesederhana dengan membandingkan visi-misinya saja, karena ada yang lebih penting dari itu: Rekam Jejak. Dari rekam jejak, bisa dilihat keberpihakannya kemana, pemikirannya seperti apa, konsistensinya bagaimana, apa yang dia perjuangkan dari dulu, pribadinya seperti apa, ideologinya apa, identitasnya bagaimana, siapa sajakah golongan yang mendukungnya, cocok atau tidakkah dengan kepentingan kita. Untuk masalah ideologi bisa dilihat dari cara dia berbicara, bersikap, berpikir dan dengan siapa dia berkoloni. Yang jelas informasi yang didapatkan harus disaring sejernih-jernihnya, jangan ketika menemukan satu literatur yang mengagungkan salah satu calon maka itu terus yang dibaca dan dibanggakan.
Satu hal yang bisa diambil manfaatnya ketika kita mempelajari rekam jejak dan ideologinya adalah kita tahu apakah calon ini cocok dengan keadaan sekarang. Tapi kalau tetap ngotot untuk berkiblat kepada visi misi,carilah visi misi yang paling realistis. Terlalu indah, mengada ngada dan utopis adalah visi misi yang sangat buruk buat saya, karena mengindahkan semua kemungkinan yang ada di lapangan. Cari yang apa adanya sajalah.
Saya sempat berandai-andai kalau para calon pemimpin dan rakyat ini sama disiplinnya dengan pemain di football manager, saya yakin perancang visi misi adalah pekerjaan yang paling mahal dan mulia di negeri ini. Andai.
sumber gambar:thefalse9.com