indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Saturday, 23 November 2013

Medioker, Antithesis, dan 16 November 2013

Sabtu tanggal 16, tepat 7 hari yang lalu telah terjadi peristiwa yang mungkin untuk saya pribadi sama dengan apa yang dirasakan oleh pemuda rengasdengklok pada 16 agustus 1945. Tanggal 16 itu adalah naik hajinya saya bermain musik selama di kampus, mungkin belum mabrur, tapi lumayan lah karena hajinya terasa spesial karena haji di hari sabtu. Saya pribadi, biasa saja dalam bermusik, malah cenderung medioker kalau boleh dibilang. Tapi tuhan selalu menyayangi kaum kaum semenjana seperti saya ini, tuhan mengirimkan beberapa orang disekeliling saya yang sangat handal dalam bermusik, tidak hanya satu orang tapi banyak. Yang harus disyukuri, mereka mau tergabung dengan saya yang hanya biasa biasa saja.

Sedikit bercerita, perkenalan saya dengan musik,gitar khsusunya, lebih romantis dari cerita cinta anak sekolah menengah atas. Awalnya, kita berkenalan di sekolah menengah pertama, image bisa bermain gitar sama dengan image merokok kala itu, merokok=gitar=keren. Maafkan kerdilnya pikiran saya tuhan. Dan saya adalah otodidak sejati, bahkan awalnya gitar yang saya pakai untuk belajar adalah gitar teman. Karena 'sangat ingin menjadi keren' saya terus belajar menghafal kunci tanpa mempunyai gitar. Time Flies, akhirnya saya punya gitar sendiri, yang masih ada hingga kini. Dengan gitar itu saya perlahan berubah pikiran bahwa berman gitar bukan untuk menjadi keren, tapi bermain gitar adalah untuk mengisi laparnya otak kanan saya. Hingga kini belum terlintas untuk menjadikan gitar sebagai komoditas ekonomi. Belum. Semoga tidak.

Jika saya terus berbicara tentang perkenalan saya dengan gitar, saya yakin akan lebih mengantuk membaca blog ini daripada menonton shawsank redemption pada malam hari. Mari kita lanjut ke tanggal 16 kemarin. Bangun pagi kala itu terasa biasa saja, malah cenderung malas karena harus ke kampus pagi pagi buta. Tidak ada yang menarik untuk diceritakan dari rentang 07.00-17.00. Lebih menarik menonton upacara bendera pukul 5 pagi di semua stasiun TV kala baru tayang. Senja pun datang, ini tandanya waktu saya dan teman teman tampil sudah mulai dekat. 

Saya kira saya akan melewati malam minggu sama dengan malam minggu biasanya, bahkan bisa dibilang hambar karena malam minggu ini hujan. Memasuki back stage, saya masih biasa saja. Ketika mengintip venue kita akan tampil, adrenalin saya sedikit dipompa. Penonton ricuh riuh oleh MC yang sedang top flight, danang darto yang terkenal karena komennya. Ricuh riuhnya penonton sedikit membuat ricuhnya perut saya, kalau saya sedang sedikit gugup perut saya akan berkontraksi tanpa alasan jelas. 

20.00 lewat beberapa menit akhirnya kami masuk panggung. Walaupun kami cuma dessert di malam itu, bukan main course yang diisi oleh abdul&cofee theory, souljah dan rio febrian, kami mencoba all out di panggung sebesar itu dan mencoba mengganjal nafsu penonton yang sudah siap melahap main course yang ada. Diantara beberapa lagu yang kami bawakan ada dua lagu yang pernah saya sebut dalam ikrar yang bunyinya seperti berikut ; "Kalau saya bawakan lagu ini di kampus ini, saya berasa naik haji, tapi kayaknya susah." Ikrar itu terucap ketika mengobrol dengan metronome musik terbaik di kampus ini yang sekaligus menjadi teman setia saya dari awal masuk kampus, Raditya anggoro. Pada semester 3 kalau tidak salah. Tidak sekali dua kali ikrar itu diucapkan, karena saya pribadi agak kurang percaya kalau lagu ini bisa dibawakan disini.


Tapi kami pun membuat anti  thesis dari ikrar yang saya ucapkan tadi, kami akhirnya selesai membawakan dua lagu tersebut. Every teardrop is waterfall dan Fix You, yang mampu membuat saya lemas dan terharu ketika penonton melakukan choir dadakan pada malam itu. Terlebih lagi, pada part terakhir lagu Fix You, Bayu, Vokalis dari band saya, menjadi dirijen untuk penonton yang menjadi choirnya. Paduan suara pada part itu adalah paduan suara terindah buat saya pribadi. Seumur saya hidup saya hanya bisa melihat chris martin menuntun penonton di belahan dunia untuk bernyanyi bersama pada lagu fix you, dan pada hari sabtu itu, bayulah yang menuntun penonton didepan mata saya untuk bernyanyi. Bayu memang prototype chris martin yang pernah saya temui. Choir tersebut telah memukul telak saya dan thesis saya. Oh you got it.

Saya pun sebenarnya agak bingung ingin menulis apa selain tulisan terima kasih. Terima kasih kepada teman teman saya yang sangat hebat pada malam itu dan malam malam sebelumnya saat latihan. Terima kasih kepada bayu, anggoro, dimas, yusuf dan nada karena mau berkompatriot dengan medioker seperti saya dan menggagalkan thesis saya. Terima kasih kepada bowo karena dokumentasinya. Terimakasih juga kepada penonton dan panitia yang membuat sabtu malam itu sama sama indah untuk semua pihak semacam simbiosis mutualisme. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena bisa membuat saya mengucapkan terimakasih seperti ini. Terima kasih kepada tuhan karena masih memberikan kesempatan saya untuk mengucapkan terimakasih.

Thesis yang saya bangun dan saya doktrin bertahun tahun kepada diri saya sendiri dihilangkan seenaknya saja dalam kurang dari satu menit oleh barisan kata seperti ini "Lights will guide you home and ignite your bone, and i will try to fiix you". Sungguh antithesis yang sangat membahagiakan saya. Terima kasih tuhan, saya sang medioker masih diberi untuk mencicipi sedikit kebahagiaan. Akhirnya saya merasakan apa yang david moyes rasakan ketika mengalahkan arsenal kemarin. Terimakasih.

No comments:

Post a Comment