Sudah selayaknya setiap manusia mengalami beberapa hari dalam satu bulan sebagai hari yang dianggapnya buruk atau kurang menyenangkan. Itu Manusiawi. Sudah selayaknya pula, banyak manusia yang mengalami hari baik dari 365 hari masa baktinya selama setahun. Itu Manusiawi. Tapi tidak manusiawi rasanya jika mengutuk hari buruk menjadi hidup yang buruk, atau mentakaburkan diri kalau hari beruntung menjadi hidup yang beruntung. Lebih Manusiawi jika kita sadar, hidup itu sebenarnya ketidakpastian. Hanya satu yang pasti, ketidakpastian itu sendiri.
Sering juga kita merasa sedih atau menyesal, 12 jam dari 24 jam kita terbuang percuma, dengan definisi dari percuma itu sendiri macam macam adanya. Salah? Mungkin. Karena pilihan itu kita yang buat bukan orang lain. Perihal kita terpengaruh atau terbujuk, itu adalah kebodohan. Tapi merasa bersalah, sekali lagi, Manusiawi.
indomietelorkeju
Total Pageviews
Thursday, 31 October 2013
Tuesday, 15 October 2013
Kisah Putra Sang Senja
“Jika ditanya saya ingin menjadi apa, saya memilih
untuk menjadi senja, senja adalah sesuatu yang
sengaja ditunggu bahkan diburu oleh banyak orang ketika berada di alam.
Senja, disadari atau tidak, menemani
kita pulang dari kerasnya siang. Senja, adalah sebuah bentuk introspeksi,
introspeksi dari lelahnya pagi dan
siang, sebuah introspeksi untuk menghadapi fase yang penuh sunyi dan misteri,
yang dinamakan malam” Itu adalah
sepotong quotes dari Muhamad Rifki Maulana yang 'sedang dirasuki kahlil gibran
dan nietzsche' di Blog pribadinya.
Pria ini kelahiran,
Senin 27 juli 1992, Dilahirkan saat petang menuju malam. Entah kebetulan
atau tidak, saya sangat menyukai senja
sama dengan halnya waktu kelahiran saya
beberapa menit sebelum adzan magrib
dikumandangkan. Kalau Bung karno dilahirkan ketika pagi kemudian beliau
dinamakan putra sang fajar, maka saya
pun menasbihkan diri saya sebagai putra sang senja. Tidak apa apa kan agak
narsis sedikit? Hehe.
Ngomong ngomong tentang fajar dan senja, apa sih hal yang
mengkomplementari mereka? Ya, benar
mereka berdua identik dengan gunung dan pantai. Gunung mempunyai
pasangan bernama fajar atau sunrise. Sedangkan senja atau sunset berkawan
dengan namanya pantai. Keduanya diburu oleh para pelancong atau bagi para
penikmat keindahan alam agar wisatanya tidak terasa sia sia. Dan saya bangga
dengan Indonesia, Karena Indonesia menyediakan pilihan yang sangat banyak
untuk menikmati gunung atau pantai. Siapa yang tak kenal dengan semeru, bahkan
konon kabarnya setelah meledaknya film yang menceritakan tentang lima orang
yang mendaki semeru, banyak orang yang ingin mendaki gunung. Memang benar film
adalah penyampaian pesan paling efektif dan menghibur hehe.
Bali? Sebutkan apa
yang terpikir setelah saya sebut bali? Pasti pantai terpikir oleh kalian
setelah saya sebut kata bali. Memang tidak bisa dipungkiri bali adalah salah
satu pulau yang bisa dibanggakan di mata dunia, bahkan banyak turis yang
mengira bali dan Indonesia adalah kesatuan yang berbeda. Selain bali, ada
bunakken, ada lombok, ada daerah wonosari di Jogjakarta, dan ada banyak lagi
yang tentu akan membuat jari saya pegal jika harus melist satu persatu jumlah
pantai di Indonesia. Bahkan hadiah dari blog competition beswan djarum pun
adalah pantai.
Indonesia adalah negara maritim, tidak aneh jika pantai di
Indonesia sangatlah banyak. . Karena saya sangat menyukai senja, dan
beruntungnya saya karena tinggal di Indonesia, saya akan menceritakan sedikit
tentang perjalanan saya ke pantai yang mungkin jarang didengar oleh khalayak
ramai, pantai sawarna. Saya kesana sampai dua kali karena saya tidak mengenal
kata bosan untuk pantai satu ini. Letaknya di daerah bayah, lebak, Banten.
Alasan saya kesana,awalnya, karena saya tinggal di bogor dan ingin menikmati
pantai yang ‘asri’ tapi tidak terlalu jauh dari bogor. Yang saya sangat suka
dari pantai ini, pantai ini terisolir dari kendaraan roda empat, karena untuk
memasuki pantai ini harus melewati jembatan gantung dan mobil tidak mungkin
masuk kesana, kecuali mobil-mobilan
Awalnya saya kira sawarna adalah sebuah nama pantai,
ternyata tidak, ini adalah nama sebuah daerah atau kampung, Pantainya ada
berbagi jenis, tidak hanya pantai, sawarna menawarkan beberapa keindahan
alamnya lainnya, seperti goa, padang rumput dan bukit. Bisa dibilang saya mendapat paket buy one get
three kesini.
Pantai yang saya datangi sudah pasti adalah pantai tanjung
layar dimana letak pantai ini yang terdekat dari jembatan gantung. Disini
banyak bule-bule berselancar, karena ombaknya yang lumayan tinggi disini. Dan
disini ada simbol yang sangat lekat dengan sawarna yaitu dua karang besar yang
berdampingan seperti layar kapal. Tidak cukup dengan tanjung layar, ternyata
masih ada goa lalay. Goa lalay
menawarkan petualangan goa yang cukup menarik. Bagi yang berminat caving di goa
ini sangat direkomendasikan. Karena kita masuk ke goa yang dialiri air cukup besar dengan cahaya minim dan banyak
stalaktit diatasnya. Menantang? Jelas, karena arus air ke goa ini yang cukup
deras, butuh guide untuk menemani kedalam. Anda akan merasakan sensasi national
georgraphic disini. Haha.
Saya diberitahu tukang nasi goreng, kalau disini ada pantai
rahasia, namanya legon pari atau laguna pari namanya. Pantai itu bisa dibilang
tempat yang sangat jarang ada manusia, bahkan perlu perjalanan melewati bukit
dan melipir karang karang pantai kesana. Bahkan listrik pun belum masuk kesana,
bisa dibayangkan betapa maturalnya tempat itu. Setelah mencoba menjadi
petualang dadakan, akhirnya saya
menemukan tempat ini. Saya merasa bahwa pulau ini hanya untuk saya dan kawan
kawan
ini gila, karena pantai ini sangat sedikit
penghuni, bahkan listrik pun tidak sampai kesini. Airnya pun seasin, sup yang
dibuat oleh janda yang ingin nikah lagi. Yang lebih ajaib lagi, saya menemukan
ada segerombolan kerbau tanpa sang penggembala. Mungkin mereka tipe hewan
seperti yang ada di narnia .Sore yang saya tunggu, senjalah yang saya sangat
tunggu, benar saja. Senja disini sangatlah utuh, tapi dengan asumsi kalau
harinya cerah. Karena pada perjalanan kedua saya, kami sial, karena sore hujan
cukup deras. Senjanya benar benar hangat, kombinasi yang sangat pas dengan
ombak yang pelan pelan ditarik ke samudera.Lalu saya sadar ternyata bahagia di
Indonesia ternyata sederhana, datanglah ke pantai ketika cerah, bersama teman
lalu tontoni matahari sampai kembali ke tempat perisrirahatannya cukup membuat
saya bahagia di hari itu.
Akhirnya ada sesuatu yang bisa saya banggakan dari negeri
saya ini. Mungkin selama ini saya atau kita kurang bersyukur karena terus
mengutuk negeri ini, tanpa kita mau mencari setitik keindahan di negeri ini.
Kita terus mengeluh atas ketidaknyamanan kota, padahal keindahan keindahan
seperti ini adalah obat penenang dari semua polutan yang hilir mudik di kota
kota. Kita semua harus jujur kalau Indonesia
adalah negeri yang sangat beruntung, karena banyak keindahan tuhan yang
terselip disini. Tidak heran orang orang menyebut indonesia adalah atlantis
yang hilang. Saya sendiri akan mejadi pemburu, pemburu senja di tanah
Indonesia.
Kisah percintaan saya, sepakbola dan Indonesia
Saya akan bercerita tentang suatu hal yang membuat Indonesia bersatu. Saya akan bercerita tentang hubungan percintaan saya dengan hal tersebut. Saya akan bercerita tentang sesuatu hal yang tidak membanggakan bagi rakyat Indonesia, tapi tetap dicintai oleh bangsa Indonesia. Sepakbola.
Sepakbola membawa kebahagiaan tersendiri bagi saya sejak kecil. Saya adalah anak yang tidak mempunyai bakat khusus dalam olahraga, semua olahraga saya bisa, tapi yaa, sekedar bisa saja. Tidak jago ataupun fokus disitu. Sepakbola adalah cabang olahraga yang sangat berbeda bagi saya, olahraga ini menyatukan anak antar kampung, anak antar daerah, bahkan anak anak antar negara. Dan beruntungnya saya, saya tinggal di negara yang tingkat fanatisme terhadap sepakbola sangat tinggi. Walaupun tak jarang, sepakbola memunculkan perseturuan antar fans atau bahkan antar daerah. Daerahnya tidak salah, yang salah hanya beberapa oknum yang sudah overdosis fanatisme tanpa memikirkan logika otak kirinya terlebih dahulu.
Kembali lagi ke hubungan percintaan saya dengan sepakbola, saya dan sepakbola berkenalan sejak saya duduk di taman kanak kanak. Kita di 'mak-comblangkan' oleh anak anak komplek saya kala itu, kita selalu bermain bola di jalanan, dengan bola plastik. Awalnya saya kurang suka dengan sepakbola, karena saya pernah di 'jebret' (fyi saya bukan komentator bola yang lagi ramai diperbincangkan saat ini) oleh tetangga saya, dan mengenai hidung saya, lalu mimisan. Tapi sepakbola seolah terus merayu saya untuk menggodanya.
Lambat laun perkenalan kita semakin dekat, saya dan sepakbola semakin rutin bertemu saat petang, saat anak anak SD pulang sekolah kita selalu bertemu. Lalu pada saat weekend atau malam hari kita pun bertemu, tapi bedanya dia di layar kaca dan saya di ruang tv. Saya selalu gemar menonton sepakbola sedari kecil, dan tim idola saya hingga saat ini masih sama, sebuah klub yang tadinya dilatih oleh kakek tua pengunyah permen karet dari skotlandia yang sudah mengabdi di klub tersebut untuk 27 tahun dan sekarang digantikan oleh juniornya dari skotlandia pula, Manchester United.
Hubungan saya dan sepakbola semakin mesra, walaupun saya tidak jago jago amat bermain bola dan saya jarang menembus tim utama dalam sekolah saya, tapi dia mengerti saya, sepakbola selalu menawarkan sesuatu yang sangat menarik untuk dimainkan atau bahkan diperbincangkan. Dia selalu menerima saya, sebagai diri saya yang utuh. Hingga ketika saya menginjak sekolah menengah atas, saya agak sedikit mencapakkan sepakbola, karena saya terus digoda oleh dunia musik, karena kami telah dijodohkan dari lahir. Sepakbola hampir tidak ada di kepala saya ketika SMA.
Di akhir SMA, saya mulai jenuh dengan jodoh saya sejak lahir. Saya lalu coba menghubungi sepakbola dengan berbagai cara, meminta maaf dengan cara melihat lihat berita sepakbola yang saya lewatkan selama ini, dan bermain futsal dengan siapa saja yang sedang ingin bermain. Untungnya saya tinggal di Indonesia, negara yang sangat mencintai sepakbola daripada olahraga lainnya, padahal prestasinya tidak bagus bagus amat, tapi sepakbola terus dicintai. Hubungan yang sangat ikhlas kan?
Sampai pada akhirnya saya di tingkat perkuliahan, saya dan sepakbola mengikat janji suci, walaupun saya tetap tidak jago sepakbola dan saya tetap tidak masuk tim utama, saya dan sepakbola memutuskan untuk terus bersama. Dia menjadi istri kedua saya, setelah jodoh saya dari lahir tadi. Sepakbola sekarang sudah menjadi alasan saya menulis, saya sangat gemar memperbincangkan taktik, strategi, dan mengkritik suatu tim sepakbola. Mungkin takdir saya bukan menjadi pemain, tapi hanya sebatas pengamat.
Kisah cinta saya dan sepakbola ini, mirip dengan kisah cinta sepakbola dengan Indonesia. Sepakbola minim prestasi dan kurang membanggakan, tapi tetap dicintai oleh masyarakat Indonesia. Kita bisa lihat di pelosok pelosok bahkan di perkotaan yang paling modern sekalipun, pasti ada yang bermain sepakbola, baik itu di lapangan rumput atau sekedar bermain futsal. Kita bisa lihat venue nonton bareng selalu penuh, tidak peduli seberapa malam pertandingan disiarkan. Kita juga bisa lihat ketika kemarin kemarin timnas Indonesia besutan alfred riedl ataupun timnas garuda muda u-19 kita main, bagaimana bisingnya Stadion tersebut. Jebret!.
Jika sepakbola menjadi lebih baik, pada dasarnya, sangat memberikan efek domino yang baik ke semua elemen masyarakat. Yang pertama, untuk pemain sepakbola dan semua badan yang bergerak di dalamnya pastinya. Tempat nonton bareng seperti cafe, kedai, atau warung kopi sekalipun terkena dampaknya. Penjual baju bola juga meraup keuntungan yang banyak dari semakin membuminya sepakbola, selain itu penjual asongan etc yang berjualan di dekat stadion terkena efek domino jika sepakbola kita lebih baik. Antusiasme Indonesia terhadap sepakbola sangatlah akut, sudah stadium empat mungkin.
Atmosfer seperti inilah yang membuat saya selalu bangga dan bahagia tinggal di Indonesia. Semua cinta sepakbola disini. Walaupun sepakbola jarang memberikan apapun yang membanggakan untuk negeri ini, walaupun sepakbola kadang bisa menimbulkan konflik antara satu dengan yang lainnya, Sepakbola selalu menempati tempat yang istimewa di mata masyarakat. Kisah percintaan sepakbola dengan Indonesia, seperti dua orang yang menjalin hubungan cinta buta. Semua yang dilakukan pasangannya selalu baik dimatanya, padahal tidak selalu.
Dan semoga tuhan merestui hubungan sepakbola dengan masyarakat Indonesia dengan mengirimkan malaikat untuk memenangkan prestasi prestasi yang sangat diidam idamkan oleh masyarakat Indonesia ini. Semoga tuhan mendengar doa anak anak atau semua penggemar sepakbola yang mengidam idamnkan lahan kosong untuk dimainkan sepakbola. Sepertinya tuhan sudah mulai mengabulkan doa saya, dia kirim lusinan malaikat dalam bentuk Timnas u-19 yang Juara. Syukurlah, Terima kasih tuhan, saya menjadi sedikit lebih betah dan bangga tinggal di Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)