indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Tuesday, 8 July 2014

Keberpihakan media adalah sebuah cacat untuk demokrasi

sumber gambar:9gag.com

Saya mungkin bukan seseorang yang paham betul mengenai sastra atau etika jurnalistik tapi saya adalah manusia yang paham betul memanusiakan manusia. Saya juga bukan seseorang yang sangat melek tentang politik, informasi yang berkembang diluaran dan segala macamnya tapi saya tak bisa pura pura buta untuk tidak melihat bahwa simpang siurnya berita sudah sangat gila. Mungkin ini hanya saya atau banyak yang merasakan bahwa pemilu sekarang ini terasa sangat panas, entah karena hanya dua kubu yang bertanding sehingga bisa dilihat secara gamblang terbaginya peta kekuatan atau mungkin karena disebabkan hal lain, yang jelas pemilu kali ini bahkan dengan lancang telah menyita banyak perhatian dari yang memang melek politik sampai si buta politik menjadi sembuh butanya karena panasnya pemilu kali ini.

Media, buat saya adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam negara demokrasi dan kebetulan Indonesia menganut paham demokrasi, walau buat saya demokrasinya masih agak serampangan, tapi tetap saja kita masih menganut sistem demokrasi.  Peran media salah satunya adalah menyalurkan berita dan informasi objektif kepada rakyat agar rakyat senantiasa menjadi 'watchdog' dari setiap apa yang dilakukan oleh pemerintah atau bahkan oleh semua orang yang ada di negeri ini. Jika dari perspektif ekonomi, ada sistem pasar yang dinamakan "Pasar Persaingan Sempurna" dan asumsi yang harus ada dalam sistem PPS ini adalah sempurnanya informasi, dan peran ini jika dianalogikan dalam suatu negara dipegang oleh media. Jika informasi tidak sempurna maka Pasar tersebut bisa berubah menjadi pasar oligopoli,monopoli,monopsoni atau sebagainya. Begitu juga di negara, jika informasi tidak sempurna tidak didapatkan maka negara demokrasi sebenarnya hanya tinggal nama. (Itu pendapat saya, mari kita diskusikan jika ada ketidaksepahaman)

Sialnya  banyak media sekarang hanyalah tinggal nama tapi perilakunya tidak menunjukan kalau mereka layak disebut media. Keberpihakan dimana-mana, membuat informasi hanya bisa dilihat dari satu sisi: dari sisi A atau sisi B. Saya merasakan kita semua hanya dibatasi oleh 2 pilihan: Pilihan pertama A bagus dan B jelek sedangkan pilihan kedua A jelek dan B bagus. Berputar-putar seperti itu sampai ingin muntah. Andai akun sosmed saya bisa dijual di online shop, saya sudah jual dari 2 bulan kemarin. Betapa tidak? Dari facebook sampai timeline line saya penuh oleh informasi yang kita tidak tahu valid atau tidaknya. Keberpihakan ini juga membuat efek domino yang lebih parah yaitu skeptisnya kita terhadap media. Kita bahkan tidak pernah tahu atau bisa dibilang tidak akan pernah percaya mana media yang objektif mana yang tidak.

Buat mereka yang mempunyai keyakinan atau yang memiliki sumber informasi yang sangat terpercaya masih bisa bersyukur karena bisa mengumpulkan info yang matang untuk mennetukan pilihan. Bagaimana untuk orang awam, seperti saya dan banyak orang dibelakang saya, yang bahkan tidak pernah tahu berita yang disampaikan itu benar adanya atau tidak? Kasihannya saya dan orang orang yang seperti itu. Bisa jadi efek jangka panjangnya adalah penentuan keputusan yang tidak berdasarkan logika tapi berdasarkan feeling dan perasaan. Jika itu sudah terjadi, pegang ucapan saya: Perang hanya tinggal menunggu waktu karena mengandalkan perasaan atau feeling sudah seperti perangai orang barbar. 

Dan saya yakin dengan tidak jernihnya informasi akan membuat statement seperti " Gua gasuka aja sama dia, dia kayanya blabla" akan semakin banyak terdengar. Dasar barbar!

No comments:

Post a Comment