indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Sunday, 13 July 2014

Logika yang keliru dalam pilpres 2014

Pemilu telah berakhir tapi masih banyak yang mengganjal untuk saya pribadi, yaitu banyak alasan pemilih yang buat saya keliru. Walaupun sebenarnya memilih adalah hak setiap orang dan bagaimana cara mereka memilih adalah hak tapi saya sangat tidak nyaman melihatnya. Mungkin kesalahan cara memlih itu pula yang menyebabkan betapa ada jurang yang sangat besar dari kedua kubu di pemilu kali ini, jujurlah kalau pemilu kali ini merupakan pemilu terseram dan terhebat yang pernah ada. Banyak teror dan kampanye gelap dimana-mana, mana yang benar mana yang salah kita tak pernah tahu. Buat saya berikut ini adalah logika yang keliru dalam memilih seorang pemimpin, tak peduli itu presiden ataupun ketua RT sekalipun.



1. Kampanye Abu-Abu

Kalau saya bicara tentang kampanye hitam, orang yang tak pernah sekolah sekalipun akan jengah melihatnya dan sudah tidak usah dijelaskan kalau kampanye hitam adalah sebuah dosa dalam demokrasi. Kali ini saya menyebutkan kampanye abu-abu, banyak orang yang memilih figur A atau B karena sebuah kampanye yang tak jelas asal usulnya darimana: terserah itu berita baik atau berita buruk, yang jelas sebuah kampanye abu-abu diciptakan untuk menggiring opini kepada mereka yang malas mencari informasi. Untung bagi mereka yang cerdas, yang mau mencari informasi terkait informasi abu-abu tadi tapi bagi mereka yang malas? mereka akan cenderung percaya saja berita yang sebenarnya abu-abu. Jadi mau itu berita buruk atau baik tolong cermati asal usulnya.


2. Less evil logic

Ini yang paling sering ditemui di pesta politik 2014, banyak yang beranggapan kalau mereka memilih A karena kejahatannya tidak sebanyak figur B. Buat saya itu hanyalah sebuah alasan yang agak aneh bahkan cenderung serampangan. Kenapa? Pertama, jika kita melihat sedikitnya dosa sudah barang tentu orang suci yang sering berdoa di tempat ibadah yang akan menjadi pemimpin. Iya kan? Apa hubungannya dosa dengan memimpin? Buat saya tidak ada korelasinya. Begini deh, analoginya: Jika ditempatkan di sebuah pulau yang berisi perampok dan penjahat dan di kelompok anda ada mantan penjahat dan mantan kiayi? anda memilih siapa yang menjadi pemimpin? saya memilih mantan penjahat, walaupun dosa dia banyak tapi dia adalah yang saya butuhkan dan yang paham betul mengenai medan yang ada disana. Jadi buat saya teori less evil logic itu irelevan.

3. Menonjolkan sisi bagus terus.

Mungkin ini ada hubungannya dengan nomor 2, saya jujur sangat muak dengan orang yang terus memuja muja entah itu dirinya yang dia puja atau orang lain. Kenapa? karena dengan dia terus memuja maka sebenarnya dia tak bisa melihat apa kurangnya. Padahal manusia itu terdiri dari kekurangan dan kelebihan, kalau bagus terus itu sih malaikat dan malaikat ngapain turun di bumi? Biasanya mereka yang terus menonjolkan sisi bagus akan gelagapan dan marah jika ditanya "Terus jeleknya dia apa?". Mereka akan mencari alasan dan berputar-putar dan curigalah jika ada seorang tokoh yang terus diberikan baik sepanjang hidupnya. Curigalah dia bukan manusia.

4. Fanatisme

Acara debat buat saya sebenarnya adalah obat yang sangat mujarab bagi swing voters yang bingung menentukan pilihan karena bisa dijadikan referensi untuk memilih. Tapi bagi para penganut fanatisme? jangan harap. Buruknya calon mereka tak akan pernah dilihat, dimata mereka hanya bagus,bagus, bagus dan bagus. Pilihan mereka sudah tidak bisa dilogikakkan dan saya cenderung khawatir mereka akan dirundung rasa malu dan kecewa mendalam jikalau calonnya tak terpilih atau calonnya terbukti berbuat keliru saat terpilih nantinya.


5.Menelan mentah media

Media sudah tak jernih seperti dulu, kita semua tahu itu dan yang menelan mentah media sekarang akan muntah darah.


Memilih pemimpin sebenarnya sama dengan memilih obat: Cari tahu penyakitnya apa, Cara menyembuhkannya bagaimana dan Obat yang cocok apa serta pelajari efek sampingnya apa. Tak ada yang namanya obat sakti mandraguna begitu pula pemimpin, cari apa yang kamu butuh dan siapa yang bisa memenuhi kebutuhanmu. Tak usah ribet dan blablabla, karena tuhan tidak suka yang berbelit-belit. Menjelekan calon lain, menyombongkan calon sendiri, alergi kritik adalah hal yang sudah sangat basi dalam demokrasi dan sudah sangat usang.

Saya hanya ingin indonesia yang damai tentram. 










No comments:

Post a Comment