indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Sunday 21 July 2013

Penjara di bulan juli



Roman romannya postingan ini agak sedikit dipaksakan. Ya, kadang memang harus dipaksa agar terbiasa kembali menemukan suasananya. Seperti orang ujian, kalau tidak dipaksa belajar, moodnya tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Betul? Karena postingan ini agak sedikit dipaksakan, mungkin bagi yang ingin membaca ini harus sedikit dipaksa juga hehe

Yang pertama saya heran juli kok sekarang hujan terus ya. Terus? Iya hujan terus. Entah saat pagi, siang, atau sore. Pasti ada hujannya. Pasti karena climatte change kayaknya. Tapi kan ini penghujung bulang tujuh, yang sudah seyogyanya panas akan datang bahkan sudah masuk kategori akan autumn mungkin ya. Kota saya, Bogor, terus diterpa hujan. Jangan sekali kali mengambing hitamkan "kota hujan", karena "biasanya" bulan juli sudah tidak hujan. Saya jamin itu. Saya tinggal 6 hari lagi, menginjak 21 tahun tinggal di bogor. Jelas sangat hafal keadaan cuaca kota ini.

Juli hujan terus. Saya jadi bingung ingin keluar rumah. Maklum saya pengguna motor sejati yang jas hujannya raib entah kemana. Saya pun kurang mengerti. Terus dimakan kebosanan, terlebih lagi saya sangat merindukan matahari. Lah kenapa merindukan matahari? Saya kebetulan sedang magang di jakarta yang mengharuskan jam 5. 26 sudah di stasiun bogor. Dan menyentuh kembali peron kira kira antara jam 19.00-20.00 (Jam normal). Saya sangat rindu melihat sunrise ataupun sunset. Dimana saya saat sunrise? di kereta. Di mana saya saat sunset? Di kereta. Di kereta bersama zombie zombie non struktural.

Dimana saya saat weekend? Dirumah. Sunset dan sunrise pun tidak tampak. Karena apa? Hujan.
Padahal menurut saya setiap manusia butuh melihat matahari sebagai refleksi kehidupan. Sunrise refleksi dari semangat semesta dan sunset refleksi dari renungan semesta. Tanpa semangat kita tidak bisa melangkah, tanpa renungan hidup kita tidak terarah. Maaf arwah plato sedang merasuki lagi, jadi ya bijak seperti ini.

Saya menjadi dibuat menjadi bosan. Bosan. Bosan. Semoga tidak mencapai titik saya lupa bagaimana berbicara dengan orang lain dengan baik dan benar. Kalau sedang merasa 'terpenjara' dengan 'kebosanan' ini saya ingat dengan quotesnya di film shawsank redemption. Mungkin bukan quote tapi interpretasi film lebih tepatnya. Jadi ada kakek kakek yang dibebaskan dari penjara setelah hampir 50 tahun dipenjara. Dan saat bebas ternyata si kakek malah merasa takut dan asing, dan seakan dia merindukan penjara yang cukup sadis itu. Sampai sampai dia minta dijebloskan kembali ke penjara. Hingga tak kuat ia akhirnya bunuh diri. Tonton kembali filmnya saya takut ada detil yang salah.

Si kakek itu sudah terjebak dalam kebiasaan. Ya kebiasaan memang sudah paling berbahaya untuk menggeser kepribadian seseorang. Penderitaan awalnya, pada akhirnya dia nyaman, dan terbiasa dalam penderitaannya. Hingga ia merindukan penderitaannya dengan ia ngotot ingin dijebloskan ke penjara kembali. Ngeri kan the power of kebiasaan?

Sebagai manusia yang dinamis bukan statis memang kebiasaan ini membuat kita menjadi zombie. Tapi semua itu pilihan kalau kamu memang nyaman menjadi zombie, dan kalau tidak dengan menjadi zombie, ambillah jalan zombie mu itu. Kalau kamu bukan ke zombie zombiean, cobalah menjadi vampire, yang terus mencari darah segar kesana kemari untuk membunuh dna zombie kamu.Karena terjebak kebosanan dan akhirnya menjadi kebiasaan itu seperti di shawsank. Shawsank redemption.




No comments:

Post a Comment