indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Wednesday 2 April 2014

Pep Guardiola: Filsuf modern yang pendiam


Sumber gambar:worldsoccertalk.com

Siapa yang tak tahu aristoteles, karl marx, atau bahkan socrates?mereka mahsyur karena filosofi yang mereka pegang teguh dan mereka juga rela mati karena memegang filosofi mereka itu, contohnya socrates yang dijatuhi hukumat mati oleh kaum sofis karena socrates dianggap sesat dan perusak mental anak muda. Pemikirannya yang ingin menunjukan di luar sana ada kebenaran absolut dan tidak semua kebenaran hanya kebenaran relative dianggap mengancam peradaban yunani kala itu. Lihat betapa hebatnya socrates, sudah menemukan tuhan dengan jalannya sendiri di zaman itu.

Sepakbola juga tak sungkan untuk memperkenalkan salah satu filsuf modern yang cukup terkenal, Pep Guardiola. Pep guardiola sebenarnya sudah hilir mudik di persepakbolaan ketika ia menjadi gelandang bertahan untuk barcelona dari tahun 1990-2001 lalu pensiun  tahun 2006 sebagai pemain. Lucunya ada beberapa fans barcelona yang tidak tahu itu, mengkhawatirkan. Ia mengambil perhatian dunia ketika ia memenangkan treble bersama barcelona tahun 2009 di tahun pertamanya ia melatih. Setelah itu dia mampu mematahkan dominasi real madrid di la liga hingga tahun 2011. 2012 Tahta spanyol jatuh ke santiago bernabeu dan pep pergi dari barcelona untuk beristirahat. Hingga pada 2013 ia memilih untuk mengarsiteki bayern munchen, dan seperti biasa di tahun pertamanya, ia langsung juara bundesliga dengan menyisakan 7 pertandingan.

 Semua orang takjub dengan pencapaian guardiola, tak terkecuali saya. Filosofi teguh tiki-taka yang diadopsi dari total football johan cruyflah yang menjadi harta berharga bagi setiap tim yang diasuhnya. Lihat saja bagaimana bayern munchen tahun ini mempunyai gaya permainan yang sangat jauh berbeda dengan tahun lalu. Mengandalkan possesion football, passing feet to feet, defensive line yang tinggi serta memporak porandakan lini tengah lawan seolah menjadi mimpi buruk bagi tim lawan. Di awal kemunculan tiki-taka ini, semua orang menganggap ini tidak akan pernah terkalahkan atau lebih parahnya, taktik ini bukan buatan manusia. Filosofi pep bagaikan breakthrough dari kejenuhan sepakbola di abad 2000.

Hebatnya pep, dia mampu membuat anak buahnya secara sempurna menjalankan filosofi dari sang pelatih. Jangan heran jika barcelona waktu itu tidak terkalahkan, selain filosofi pep yang masih asing, anak anaknya juga menjalankan dengan disiplin dan memfasilitasi apa yang diinginkan pep. Saya ingat apa yang zlatan bilang di autobiografinya " Barcelona terlihat seperti bocah bocah sekolah dasar, yang penurut, pendiam semuanya baik-baik, tidak ada pembangkang". Tak usah heran jika lionel messi menjelma bagai seorang dewa sepakbola baru, dengan xavi iniesta menjadi malaikat pembawa wahyunya.

Kekuatan pep sebenarnya terletak di teguhnya filosofi yang ia buat. Menang atau kalah, possesion bola pep tetap selalu lebih besar dari lawannya. Saya pribadi tak pernah melihat pep menginstruksikan anak anaknya untuk full defense atau saya tak pernah melihat pep merubah taktik secara dramatis ketika timnya leading. Pep berbeda dengan ancelotti dan mourinho yang kekuatannya ada di taktik, terlebih mourinho yang juga sering melakukan mind games atau perubahan taktik secara radikal ketika timnya ketinggalan/leading. Pep juga bukan seorang motivator atau pembakar mental handal layaknya sir alex dengan hair drying treatmentnya di ruang ganti. Tapi pep adalah pep, seorang filsuf yang pendiam, yang tidak banyak omong. Seperti apa yang dikatakan zlatan "Pep seperti tembok tidak berani mengatakan apapun yang dilakukan hanyalah diam. Dia seorang pengecut"

Tapi sayangnya, taktik ini seakan akan membuat orang jenuh dan orang mudah menebak bagaimana cara menghancurkannya. Mourinho dan Dimatteo, adalah beberapa contoh yang bisa memecahkan taktik tiki-taka ini. Menumpuk pemain sebanyak-banyaknya, lalu counter attack secepat-cepatnya. Walau terkesan sangat pragmatis, tapi apa boleh bikin, untuk mengalahkan pep yang taktiknya rigid hanya itu. Dan tidak semua taktik parkir bus bagus, banyak tim la liga yang mencoba tapi gagal juga. Pep seolah menjadi orang yang tidak open minded ketika terus memaksakan filosofinya di setiap pertandingan, yang pada awalnya menjadi breakthrough sekarang menjadi kebosanan tidak berujung.

Sumber gambar: timesofmalta.com

Tidak hanya membosankan, taktik guardiola mempunyai sisi buruk yaitu membuat beberapa pemain menjalankan perannya sebagai diver. Jika bermain bertahan menurut pep adalah negative, diving adalah produk yang paling negative.Lihat bagaimana, dani alves, sergio busquets atau david villa menjalankan perannya. Sekarang di munchen ada arjen robben dan philip lahm yang tadinya perkasa sekarang menjadi kuyu. Entah kebetulan atau memang tidak terencana, tapi diving diving itu selalu menghiasi permainan indah guardiola. Pep, menjalankan sepakbola layaknya sebuah pertunjukan drama, ada superhero, ada perang antagonis, ada protagonis dan ada warga sipil. 

Dan guardiola juga seolah menjadi otoriter pendiam ketika ada pemain yang tidak sesuai dengan konsepnya. Pep, lebih memilih pemain  biasa saja yang penurut daripada pemain handal tapi berego tinggi. Lihat bagaimana zlatan memanggil pep sebagai pengecut yang kencing dicelana saat menghadapi mourinho karena pep mencadangkan zlatan dan hanya memberi waktu 5 menit sebagai pengganti. Zlatan, bukan anak penurut yang diinginkan pep. Tapi yang lebih membuat kesal zlatan, guardiola tidak pernah bicara langsung kepada zlatan. Itu juga sama halnya dengan samuel etoo yang mengucapkan kata kata serupa. Pep tidak menyediakan tempat untuk pemain berego besar, karena dia yang terpintar. Tidak hanya pemain, beckenbauer pun mengecam permainan membosankan guardiola yang dia adopsi ke bayern munchen.

Walau bagaimana pun pep adalah sebuah berkah yang patut disyukuri. Kalau tidak ada pep, sepakbola akan terus mengalami kejenuhan dengan taktik melebar dan crossing dari sayap. Kalau tidak ada pep, mungkin mourinho tidak menemukan lawan sepadan dan menjadi tontonan tersendiri bagi penikmat sepakbola. Kalau tidak ada pep, kita tidak bisa melihat keindahan barcelona di tahun 2009-2012 walau semakin lama semakin membuat ngantuk. Pep adalah filsuf teguh, dibalik pendiamnya, dibalik kritikan semua pihak ia tetap teguh memegang prinsip, walau ia pernah mengalami kematian di tahun 2012.

Pep adalah filsuf modern yang pendiam, yang bisa mati dan bangkit lebih dari sekali demi memegang keteguhan dan kekakuan filosofinya.



No comments:

Post a Comment