indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Friday, 20 December 2013

Untuk Kawanku yang Bernama Siregar

 "Malas" adalah satu hal yang terlintas ketika ingin memasuki masa perkuliahan, rasanya saya hanya ingin terus mengkerdilkan diri menjadi anak remaja tanggung yang mengenakan pakaian putih abu. Sekolah menengah atas sudah cukup membuat saya menjadi penakut, Takut untuk keluar dari zona kenyamanan yang saya dapatkan ketika itu. Walau tidak mudah juga untuk mendapatkan zona nyaman tadi. Singkatnya, andai 'sistem' yang saya ikuti tidak mengharuskan saya melewati tingkat kuliah, saya lebih memilih untuk menjadi remaja tanggung tadi.

Masuk bulan perkuliahan yang bertepatan dengan bulan piala dunia, membuat saya sedikit lupa kalau saya sudah menjadi anak kuliah. Peduli setan, yang penting di kepala saya waktu itu adalah Jerman harus jadi juara WC 2010.Mungkin ketidakpedulian saya juga disponsori oleh kegagalan saya berturut berturut menjadi sarjana kedokteran kala itu. Tapi kini saya sangat bersyukur bahwa saya gagal kala itu, dan saya sekarang menjadi mahasiswa jurusan ilmu ekonomi yang berpegang teguh pada mazhab sosdem + heterodoks.

Ternyata perkuliahan tidak se-semenjana apa yang saya pikirkan sebelumnya, jiwa muda saya toh masih bisa ada walaupun makin tinggi semester jiwa muda saya pun tergerus. Yang lebih menantang, disini terdiri dari banyak suku dan budaya, yang mau tidak mau memaksa kita untuk beradaptasi kalau kita memang terus bertahan disini. Tuhan sangat baik kepada saya, teman kamar, lorong, asrama dan kampus bersimbiosis mutualisme dengan saya, semuanya baik. Dan ada satu kawan dekat saya ketika masa asrama yang sekarang domisilinya jauh disana, namanya Rosadi Saima Wardana Siregar.

Awal bertemu dengan bung Rosadi ini, adalah ketika saya bermain di kamarnya, yang setahun kedepan kamarnya adalah kamar yang paling padat penduduknya melebihi populasi cina. Saya yang ketika itu, masih sangat kekanak kanakan, mengeluarkan jurus kekanak kanakan saya, memanggil nama orang seenaknya, saya memanggil dia dengan panggilan 'awak'. Dan beruntungnya si awak ini, awak menjadi trademark yang sangat terkenal dikampus ini dibanding nama aslinya. Saya memang bakat menjadi promotor. Btw, saya memang tidak tahu malu, baru pertama kali kenal, main ke kamar orang yang baru saya kenal, dan memanggil dia seenaknya. Terimakasih awak, engkau sungguh penyabar.

Kami dan kawan kawan lainnya akhirnya mempunyai kamar yang dianggap kamar bersama, yaitu kamar si awak ini. Menghabiskan waktu hanya bermain pro evolution soccer, makan,bermain gitar dan tertawa sebenarnya hal sederhana yang membuat saya tidak ingin beranjak ke tingkat kedua yang jelas berbeda dari tpb. Saya dan awak kebetulan punya kesamaan ideologi yang sama kala itu, ideologi idiot dan kekanakkanakan. Tingkah kita memang sangat pantas kalau kita menasbihkan diri sebagai green hornetnya Indonesia. 

 Makan di bubur kacang ijo pada malam hari dan Marah ketika tim favoritnya kalah pada pertandingan PES adalah hobi kami. Prinsip kami, kalian boleh memukul, menendang atau menyiksa diri kami, tapi jangan ledek tim favorit kami. Benar benar kanak kanak kan? Haha. Oiya, kami juga menjadi kolega dalam salah satu UKM bela diri di kampus ini. Tapi saya akui, semangat dia untuk berkembang di UKM ini memang jauh lebih tinggi dari saya. Dibanding sikapnya yang kanak kanak, dia adalah orang yang masih suci dan baik. Baik apa adanya. Tidak dibuat buat. 

Sebenarnya telalu banyak kekonyolan yang bisa diceritakan hingga tidak bisa saya ceritakan disini. Dari menendang dia sampai terkena galon, berpura pura tidur ketika saya datang hingga perjalanan kita ke istiqlal dan pasar senen  sebenarnya cukup menarik kalau dijadikan film. Dan Kaos kutang dan celana tiga per empat adalah ciri khas yang sangat melekat dengan karakter dirinya. Haha

Ikatan persaudaraan sunda dan batak yang saya kira akan menjadi legenda di kampus ini ternyata terancam hilang, dia harus pulang ke kampung asalnya di daerah medan sana karena satu dan lain hal. "Lagi lagi saya harus beradptasi mendapatkan teman dekat, apa bisa mendapatkan lagi yang seperti itu?" itu adalah yang ada di otak sebulan-duabulan penuh. Walau dia sempat pulang untuk sebentar, tapi itu bagai bom waktu, akhirnya dia benar benar pulang dan meneruskan kuliah disana. 

Tapi saya bangga dia sukses sekarang sepertinya dan sepertinya sudah sekarang tertular ganteng oleh gantengnya saya. Haha becanda. Semoga cerita batak dan sunda ini bisa menjadi dongeng untuk mereka mereka yang tidak percaya kalau suku suku di Indonesia bisa bersahabat. Sunda yang terkenal halus dan Batak yang terkenal tegas bisa disatukan dalam hubungan pertemanan. Dan saya berandai andai, kalau saya memang harus dilahirkan di medan dan mempunyai marga batak, saya akan memilih marga Siregar.

Salam dari Kawanmu di Bogor. Sukses terus disana.



Muhamad Rifki Maulana. 
Glory Manchester United! Inter??

No comments:

Post a Comment