Dengan sudah keluarnya semua nilai mayor saya di krs berarti telah resmi saya telah berakhir menjadi anak kuliahan. Walaupun belum skripsi dan juga sidang, saya merasa bahwa semester 1-semester 7 adalah perjalanan anak kuliahan, skripsi dan seminar adalah hal yang lain, hal yang lebih tinggi dari sekedar datang kuliah untuk absen. Perjalanan dari semester satu sampai tujuh ternyata tidak segampang atau seberat yang saya kira, ekspektasi seringkali meleset, ya namanya juga manusia ekspektasinya jarang tepat karena pasti banyak yang tidak masuk akal disana. Guna memberikan achievement yang baik untuk semua perjuangan dari tujuh semester maka tulisan ini dirampungkan hehe.
Awal masuk dunia perkuliahan, yang saya rasakan pertama adalah saya malas dan ingin kembali menjadi anak SMA. Keinginan itu terus diulangi setiap harinya, diputar terus di otak saya tapi rasanya terlalu egois untuk terus berlaku seperti anak SMA, jadi ya saya coba menikmati proses kuliah disini. Trik saya adalah meng-SMA kan kuliah, jadi saya coba bawa kultur saya ketika masih sekolah dulu ke sini, kadang berhasil kadang tidak sih. Tapi saya menemui banyak teman teman baik ditingkat ini, asrama adalah fasilitatornya. Berteman berbeda suku menjadi hal yang sangat menyenangkan dan menantang, dan kebetulan saya suka tantangan. Untuk masalah nilai akademik sendiri, semester ini dimulai dengan start yang cukup baik, banyak orang yang keheranan mengapa nilai akademik saya bisa seperti itu, sedangkan saya cenderung pemalas dan juga jarang belajar. Saya pun tidak tahu jawabannya, tapi di semester tujuh saya mengerti jawabannya. Di semester ini juga saya mulai mencoba masuk ranah organisasi, semacam ukm musik di kampus saya. Secara keseleruhan semester satu, berjalan cukup menyenangkan dan jika kita main game, semester ini levelnya : Easy.
Banyak perubahan perubahan dan kesibukan kesibukan di semester ini yang membuat emosi saya yang masih labil digojlok. Misalnya perihal di akademik, disini ada beberapa pelajaran eksak yang saya tidak gemari, dan saya harus menghadapi itu kalau saya tidak mau mengulang tahun depan. Terlebih, fokus saya pun terbelah di semester ini, dunia musik mulai saya selami lagi begitu pun mengenai organisasi dan juga kepanitiaan. Tapi selain itu, saya pun orang egois, diantara semua kesibukan itu saya masih ingin memaksakan untuk terus bermain rutin. Alhasil, seorang yang tidak multitasking mencoba memaksakan semua kegiatan dilakukan, ya ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Kali ini yang saya korbankan adalah prestasi akademik yang turun sangat jauh, untungnya tuhan memberikan penghibur yaitu berupa juara satu lomba cipta lagu, baik tingkat tpb ataupun tingkat universitas, tuhan menebus ipk saya dengan banyak prestasi di semester ini. Secara keseleruhan semester ini adalah semester yang membuat seorang anak kecil dikarbit untuk menjadi seorang yang lebih dewasa, alhasil anak itu kelelahan dan ringkih untuk menanggung semua beban dipundaknya. Di semester ini saya belajar banyak tentang kehilangan, saya kehilangan banyak orang dekat saya baik secara harfiah atau tidak.
Superhero, itu adalah kata yang cocok untuk menggambarkan semester ini. Saya yang tidak multitasking mempunyai banyak tugas berbeda, menjadi humas di acara nasional tingkat fakultas, LO di acara seminar nasional tingkat departemen dan menjadi humas juga di acara UKM musik yang sedang berevolusi. Tidak hanya itu, saya pun disibukan dengan jadwal manggung yang padat, dan juga jadwal departemen yang gila-gilaan padatnya. Tapi tuhan memberikan adamantium ke tangan saya, akhirnya saya menjadi wolverine dan membabat habis bersih semua tugas kepada saya. Walau ipk saya belum setinggi yang pertama, tapi semua terbayar dengan ke aktifan saya yang gila gilaan, dan juga di semester ini saya baru masuk kedalam himpunan departemen yang dimana itu adalah divisi eksternal (lagi). Saya dan humas atau keeksternalan sangat berteman akrab disemester ini. Karena semua kepenatan itu, ada yang harus dibayar, saya bayar dengan liburan yang sangat asik dan seru, bersama teman teman saya. Tapi di semester ini ada bom waktu yang saya tanamkan sendiri, bom waktu itu berupa emosi emosi saya yang meledak ledak, dan sifat saya yang masih bocah, terus diberi makan di semester ini. Saya sangat melupakan tuhan di semester ini. Maaf ya Allah.
Akhirnya bom itu meledak juga. Ini adalah semester terberat yang pernah saya jalani. Jangankan untuk belajar, untuk cuti pun pernah terlintas di otak saya. Menjadi pengecut adalah hal yang saya lakukan di semester ini. Ini terjadi awalnya, karena saya merasa untuk terus bisa multitasking maka beban yang saya angkut pun saya perbanyak, angkuhnya saya. Dan akhirnya, tuhan seolah memanggil saya kembali, mungkin dia rindu. Musibah dan sakit demi sakit terus menggerogoti, hingga akhirnya saya menjadi penyendiri dan merasa benar benar sendiri. Mungkin ini adalaah tahap detoksifikasi untuk jiwa dan mental saya, saya merasa secepatnya harus menghadap tuhan untuk sembuh. Berat sekali hidup di semester empat, bahkan untuk menuliskannya ulang saja saya kepayahan. Tuhan adalah sahabat saya disini disamping sahabat sahabat saya yang ada, disamping orang yang hilir mudik mencaci dan bergunjing tentang saya, disamping orang yang tidak mau memaklumi dan menemani, masih ada tuhan dan orang orang yang menemani saya. Terutama sekali orang yang ada di sebelah saya, yang bersedia menemani bahkan mengganti tempat saya di setiap lubang yang saya tinggalkan. Terima kasih. Semester empat ini layaknya permainan hunger games, dan saya adalah jennifer lawrencenya.
Setelah kejatuhan bom hiroshima dan nagasaki, jepang bisa membangun negaranya dengan cepat. Begitu juga dengan seorang rifki maulana, keruntuhan mental dan fisik yang merupakan akumulasi dari semester semester sebelumnya, membuatnya ingin membangun sebuah manusia yang baru dan lebih jernih dari awal. Benar saja, dibalik awan gelap pasti ada pelangi. Di awal semester ini saya mendapatkan beasiswa yang dari awal kuliah saya mengincarnya, dan proker terakhir himpunan saya berakhir dengan membanggakan. Selain itu, di semester ini, jika saya mulai menghadapi penyakit yang sama dengan semester empat saya akan menghadapinya dengan cara yang berbeda. Dengan bahagia. Dan itu membuat saya lebih tenang, hingga sekarang. Bisa dikatakan semester ini adalah semester paling berbahagia diantara semua semester, tapi pada akhir semester saya kembali harus masuk awan gelap. Sahabat saya, yang menjadi mesiah saya di semester empat tadi menghembuskan nafas terakhirnya, dan setelah hari itu saya masuk ke tahap pendawasaan kembali. Ya, kembali.
6. Semester enam
Angka 666 adalah angka yang berbau dengan satanisme, begitu juga semester 6 ini. Semester terabsurd, tergakjelas dan teraneh. Sebenarnya ini bukan masa yang berat seperti masa masa semester 4, di semester ini nuansa terasa lebih gelap, seperti masa disolasi. Dari awal semester ini, rambut saya yang tidak pernah dibotaki akhirnya pelontos, berat badan saya seperti sapi gelonggongan, tidur jam empat atau jam lima pagi adalah kegemaran baru saya dan malas belajar adalah faktor faktor yang menyebabkan nilai akademik saya jatuh. Banyak perubahan yang dialami di semester ini, orang baru datang orang lama pergi, layaknya sir alex yang digantikan david moyes. Saya seperti telat sadar selama 4 bulan lebih, akhirnya di bulan juni saya sadar kemarin kemarin saya mengalami mimpi buruk, dan kabar baik dari akhir semester ini, saya diterima magang di kementrian keuangan setelah proses yang tidak mudah.
7. Semester tujuh
"What a Great Comeback!" ini adalah tagline yang cocok untuk menandai semester tujuh. Layaknya manchester united, saya ingin membalas semua kedunguan saya di semester enam. Ya, semua. Dari semua aspek. Semester tujuh adalah evaluasi dari semua semester semester yang kemarin, di semester ini saya baru menemukan cara belajar yang tepat, cara belajar yang hanya 30 menit di hari hari biasa dan habis habisan di hari H, maklum ingatan saya jangka pendek. Dan cara belajar yang tepat untuk saya sangat melelahkan, membaca+menulis ulang apa yang saya baca semuanya. Semester ini adalah kupu-kupunya seorang rifki maulana, enam semester penggojoklan merupakan bekal yang dibawa untuk melewati semester tujuh. Semester ini adalah tempat dimana saya menuai, mengevaluasi, dan melihat hasil dari enam semester kemarin. Benar saja, di semester ini hidup saya lebih baik di semua aspek, dan juga jika bicara mengenai nilai saya hanya bisa bilang: "Usaha dan doa yang keras akan menghasilkan sesuatu yang pantas".
Tiap paragraf disini merupakan intisari dari enam bulan yang dijalani tiap periodenya. Belum cukup panjang untuk menceritakan gamblang apa yang terjadi tiap semesternya. Tapi sudah cukup mewakili suasananya. Fase fase yang dilewati tidak semua enak dan tidak semua sedih, selamat datang di dunia nyata yang fana. Oiya, postingan ini hanyalah sebuah teaser, teaser dari sebuah kehidupan.
Versi lengkapnya ada di tahun 2028 di buku yang dijual di toko buku terdekat dan pengarangnya adalah:
Muhamad Rifki Maulana
6. Semester enam
Angka 666 adalah angka yang berbau dengan satanisme, begitu juga semester 6 ini. Semester terabsurd, tergakjelas dan teraneh. Sebenarnya ini bukan masa yang berat seperti masa masa semester 4, di semester ini nuansa terasa lebih gelap, seperti masa disolasi. Dari awal semester ini, rambut saya yang tidak pernah dibotaki akhirnya pelontos, berat badan saya seperti sapi gelonggongan, tidur jam empat atau jam lima pagi adalah kegemaran baru saya dan malas belajar adalah faktor faktor yang menyebabkan nilai akademik saya jatuh. Banyak perubahan yang dialami di semester ini, orang baru datang orang lama pergi, layaknya sir alex yang digantikan david moyes. Saya seperti telat sadar selama 4 bulan lebih, akhirnya di bulan juni saya sadar kemarin kemarin saya mengalami mimpi buruk, dan kabar baik dari akhir semester ini, saya diterima magang di kementrian keuangan setelah proses yang tidak mudah.
7. Semester tujuh
"What a Great Comeback!" ini adalah tagline yang cocok untuk menandai semester tujuh. Layaknya manchester united, saya ingin membalas semua kedunguan saya di semester enam. Ya, semua. Dari semua aspek. Semester tujuh adalah evaluasi dari semua semester semester yang kemarin, di semester ini saya baru menemukan cara belajar yang tepat, cara belajar yang hanya 30 menit di hari hari biasa dan habis habisan di hari H, maklum ingatan saya jangka pendek. Dan cara belajar yang tepat untuk saya sangat melelahkan, membaca+menulis ulang apa yang saya baca semuanya. Semester ini adalah kupu-kupunya seorang rifki maulana, enam semester penggojoklan merupakan bekal yang dibawa untuk melewati semester tujuh. Semester ini adalah tempat dimana saya menuai, mengevaluasi, dan melihat hasil dari enam semester kemarin. Benar saja, di semester ini hidup saya lebih baik di semua aspek, dan juga jika bicara mengenai nilai saya hanya bisa bilang: "Usaha dan doa yang keras akan menghasilkan sesuatu yang pantas".
Tiap paragraf disini merupakan intisari dari enam bulan yang dijalani tiap periodenya. Belum cukup panjang untuk menceritakan gamblang apa yang terjadi tiap semesternya. Tapi sudah cukup mewakili suasananya. Fase fase yang dilewati tidak semua enak dan tidak semua sedih, selamat datang di dunia nyata yang fana. Oiya, postingan ini hanyalah sebuah teaser, teaser dari sebuah kehidupan.
Versi lengkapnya ada di tahun 2028 di buku yang dijual di toko buku terdekat dan pengarangnya adalah:
Muhamad Rifki Maulana
No comments:
Post a Comment