indomietelorkeju

indomietelorkeju
Hidup yang dimenangkan adalah hidup yang dipertaruhkan

Total Pageviews

Friday 10 February 2012

Budaya Social Media

Indonesia termasuk negara yang sangat banyak menggunakan perangkat smartphone, yang mungkin mayoritas diantaranya menggunakan smartphone itu bertujuan agar aksesnya terhadap dunia Social Media seperti twitter dan facebook yang mungkin ,sangat happening sekarang ini,lebih mudah.Mungkin pribadi yang sangat pendiam di keseharian bisa menjadi cerewet/ suka mengeluh di social media, Atau mungkin pribadi yang slengean saat keseharian, saat ia dia tweeting, kebanyakan tweetnya 'tweet tweet bijak ala motivator', Atau mungkin orang yang selalu update dia sedang dimana, dia sedang apa, atau sedang dengan siapa.. Sehingga mereka seperti ini selalu menjadi makanan empuk bagi jemaah kepoiyah (Re: Orang yang selalu ingin tahu).

Kejadian kejadian seperti ini sering dinamakaan pencitraan. Bisa jadi pencitraan menjadi buruk/ baik cukup dengan melihat isi tweetnya, Misalnya Tweetnya lucu! dia orangnya lucu. Tweetnya mesum! Bahaya ni orang mesum abis. Tweetnya Kaya anak emo! Jangan kasih dia silet. Tweetnya Motivator abis! Pasti botak. Ya memang semudah itu kita/kami/mereka menilai sesorang cukup dari tweetnya. Mungkin slogan "Dont judge the book by the cover" Itu perlu sedikit di revisi harusnya " Dont judge the person by the tweet". Masalah adil/ Tidak adilnya kita menilai masalah ini tergantung pribadi masing-masing. Menurut gw, kita tidak bisa menilai secara mutlak "Ini orang tweetnya annoying abis!" "Ini following gw sampah banget! Unfollow!" . Kenapa?

Pertama karena emang engga ada patokan tertulis, Tata cara mengupdate status, Tata cara Mengfollow orang yang baik dan benar, Penggolongan tweet sampah/tidak. Ini semua bebas. Twitter itu microblogging. Blog itu layaknya diary yang dimutakhirkan. Cuma bedanya diary yang satu ini bebas dilihat atau mungkin dikomen orang.
Kedua kalau emang ada orang yang menurut lu sampah tweetnya atau annoying, Gampang! Buat apa diciptakan tombol 'unfollow' 'Block'? Daripada cuma melempar tweet 'unmention' yang ditujukan menyindir si empunya 'annoying tweet' tapi engga kesampean. Mending pencet unfollow. Beres dan engga usah ribet.

Dari teori diatas,gw juga sebenernya udah mengerti kenapa mereka ragu mencet 'Unfollow'. Satu alasan, Rasa tidak enak, apalagi yang annoying itu temen kita sendiri.. Kita terlahir di timur yang masih menjunjung tinggi tatakrama dan adat istiadat yang sangat ramah. Oleh karena itu sifat tidak enak sangatlah kental yang memang masih terikat oleh ketimurannya. Nah gw punya saran , lebih baik kalau lu emang engga enak, tahan kuping dan tutp mata kalau memang annoying, Ini resiko mahal yang lu bayar atas ketidak enakan lu tadi. Ya gapapa, di mata lu dia annoying, tapi di mata orang lain siapa tau tweetnya menghibur.


Oia satu lagi! Menurut gw kita bisa sedikit menilai orang dari twitter tapi bukan dari tweetnya. Karena manusia sangatlah suka kepeleset kata, Mood Unstability, Atau dibajak. Kalau hendak menilai orang mugkin disarankan, lihatlah followingnya. Dia hanya menfollow teman-teman dekatnya, Mungkin orangnya tidak terlalu suka melihat urusan orang yang dia tidak kenal. Dia menfollow akun akun olahraga seperti (@ManutdIPB, @IndoManutd) bisa dilihat dari sini, dia fans berat Manchester United. Glory!. Dia rajin menfollow barisan kata galau seperti @Marioteguh @Damnitstrue @Katakatabijak bisa dilihat dia orangnya sangat rapuh, perlu rangkulan agar bisa tegar. Dan lain lain. Tapi ini mungkin hanya 7% kebenarannya.

Yang bisa diambil dari ini
" Ketika twitter hanya sebuah pencitraan , buatlah citra dirimu senatural mungkin dan tetap jujur terhadap diri sendiri"

1 comment:

  1. ini http://www.pandji.com/karang-karang-belaka/ tulisan menarik dari pandji soal self branding.ada hubungannya juga sama kicauan kita di twitter sama tulisan kita di blog

    ReplyDelete